animasi-bergerak-selamat-datang-0112

Minggu, 03 April 2016

Your Eyes

Hari ini, adalah hari yang sangat melelahkan bagi wanita mungil yang sedang duduk di halte untuk menunggu bus jurusan rumahnya tiba. Suasana di halte itu sangat sunyi, sehingga ia menengok ke kiri dan kanannya. “Pantas saja sunyi, tidak ada siapa pun di sini selain aku!” gumamnya. Di tangannya terdapat banyak buku tebal, sepertinya gadis ini baru selesai kuliah. Sedetik kemudian, ponselnya berdering. Ia mengangkatnya.
“Halo?”
“Yak Kak Boram, kau di mana?” ucap suara di sambungan telepon.
“Aku lagi di halte, kenapa?”
“Cepat pulang, ibu kost pasti marah jika kau pulang terlambat.”
“Ye, aku mengerti.” ucap wanita mungil yang bernama Boram itu.
Tak lama setelah sambungan telepon terputus, Bis itu datang. Wanita bernama Boram itu akan masuk, namun pergerakannya tertahan, karena dari dalam bus itu ada seorang pria yang akan turun. Pria itu memakai sweater, dan kepalanya ditutup oleh sebuah kupluk yang berwarna sama dengan sweaternya, hitam. Pada saat itu mata mereka saling bertemu, dan mereka terpaku untuk beberapa detik.
Sebelum akhirnya Boram sadar dan melanjutkan jalannya untuk masuk ke dalam bus, lalu duduk di salah satu kursi. Pria itu, ia terus memperhatikan Boram yang duduk di dekat jendela, kemudian Boram menengok, dan lagi, mata mereka bertemu kembali. “Mata yang indah.” gumam pria itu yang dapat dilihat Boram, namun Boram yang tidak mengerti hanya mengangkat bahu. Lalu bus pun sudah mulai bergerak dari tempat terakhirnya berhenti.
Pagi ini, cuaca sedang bersahabat, karena sepertinya hari ini tidak akan turun hujan. Itu terlihat dari awan yang cerah. “Kenapa kau telat Kak, semalam?”
“Ah, Soyeon, itu karena tugas yang diberikan oleh guru Song.” jawab Boram kepada wanita yang sedang menyiapkan makanan untuknya. “Maaf.” lanjutnya ketika gadis bernama Soyeon itu tak menanggapi jawabannya.
“Aku mengerti, tapi lain kali jangan selarut tadi malam Kak.” ucap Soyeon penuh kekhawatiran, Boram tersenyum. “Sudahlah jangan dibahas, kau makanlah yang banyak Kak.” suruh Soyeon, Boram mengangguk sebelum ia melahap habis makanan yang tersaji di meja makan.
Mereka berjalan kaki dari halte bus mereka berhenti menuju ke kampus mereka. “Kak, apa aku harus menunggumu nanti saat aku sudah selesai?” tanya Soyeon, Boram menengok, lalu menggeleng. “Tidak usah Soyeon. Aku tidak akan terlambat kali ini. Aku janji.” ucap Boram sungguh-sungguh. Soyeon melihat pancaran kesungguhan dari mata Boram, oleh karenanya ia pun akhirnya menyetujui, walau sebenarnya hatinya merasakan gelisah yang luar biasa.
“Sudah masuk sana, hush, hush..” ucap Boram ketika mereka sudah sampai di kampus performing arts, Soyeon mengangguk. Setelahnya Boram meninggalkan Soyeon untuk ke kampus jurusan Theatre yang berada di sebelah kampus jurusan Performing Arts. Sesampainya Boram di kelas, Boram langsung mencari tempat duduk yang belum terisi, lalu ia menemukan bangku di barisan ketiga dari depan yang masih belum ada penghuninya, dan ia pun duduk di sana. Cukup lama ia menunggu sebelum akhirnya dosen yang mengajar hari ini datang untuk memulai pelajarannya.
Boram adalah orang terakhir yang meninggalkan kelas saat pelajaran telah usai. Ketika ia membuka pintu itu untuk ke luar, di saat itu pula ada yang menarik gagangnya dari arah luar, cukup keras sehingga Boram pun ikut tertarik. Boram yang tidak siap akan tarikan itu, langsung terjatuh di atas tubuh orang yang menarik gagang pintu itu yang ternyata adalah seorang pria. Boram mengangkat wajahnya, lalu pandangan mereka saling bertemu. Boram berkali-kali mengerjapkan mata bulatnya. Ia juga menelan ludahnya dengan paksa.
“Awww.” rintih pria itu menyadarkan Boram dari keterkejutannya. Ia pun langsung menjauhkan dirinya dari atas tubuh pria itu, ia menunduk.
“Maaf aku tidak sengaja,” ucap Boram sambil membungkukkan badannya beberapa kali. Pria yang sudah berdiri sempurna itu hanya mengangguk.
“Ya, tidak apa-apa, aku juga salah dalam hal ini. Maaf Kakak?” ucap pria itu ragu-ragu. Lalu Boram mengangkat wajahnya untuk menatap pria itu. Ia menampilkan wajah polosnya dengan mata bulat miliknya yang menatap pria itu lekat. Kemudian ia tersenyum.
“Aku Boram, Jeon Boram. Dan memang sepertinya aku adalah Kakak kelasmu.” ucap Boram sambil mengulurkan tangan kanannya. Pria tadi menyambut uluran tangan mungil itu.
“Benarkah? Aku Hwang Chansung, anak jurusan theatre semester satu.” setelah mengucapkan hal itu pria bernama Chansung hanya mengerutkan keningnya, karena ia bingung terhadap wanita yang berada di hadapannya saat ini. Boram, ia hanya menampilkan cengiran lebarnya. Matanya yang bulat pun ikut terpejam menyesuaikan dengan gerakan bibirnya yang semakin menampilkan cengiran lebar itu. “Mata yang indah itu pun, akan tetap indah meski mereka terpejam.” gumam Chansung, yang tak dapat didengar oleh Boram.
“Benar, kau Adik kelasku, aku anak theatre semester lima.” ucap Boram. Chansung terlihat membulatkan matanya.
“Ouh ayolah, nona, kau jangan bergurau denganku!” ucap Chansung benar-benar tak percaya. Boram mengerutkan keningnya lalu ia medekatkan tubuhnya ke arah Chansung, Chansung terkejut dengan apa yang akan dilakukan Boram. Kemudian Boram berjinjit dan membisikkan sesuatu.
“Kalau kau tak percaya, kau bisa bertanya pada guru Shin.” bisiknya sambil melirik ke samping, Chansung melihat arah lirikan Boram, dan ternyata di samping mereka sudah ada guru Shin. Lalu dengan secepat kilat Boram menjauhkan dirinya dan bersikap normal, ia juga memberi salam pada guru Shin, sebelum pergi meninggalkan tempat itu. Chansung menatap kepergian Boram, dan Boram terlihat memberikan senyuman terindahnya kepada Chansung. Chansung yang melihat itu hanya mendengus.
“Apa yang kau lakukan disini Hwang Chansung, cepat masuk!” tegur guru Shin yang menyadarkan Chansung. Kemudian Chansung langsung masuk.

“Hei kau kenapa Chansung?” tegur seseorang saat Chansung sedang melamun di taman belakang kampus. Chansung menengok ke arah orang itu.
“Ouh Kak Taecyeon, tidak, aku tidak apa-apa.” jawab Chansung. Taecyeon lalu duduk di samping Chansung dan menyodorkan sekaleng minuman kepada Chansung, Chansung menerima minuman itu. Ia langsung menenggak minuman itu hingga isinya hanya tertinggal setengah. Taecyeon memperhatikan pergerakan itu.
“Chansungie, kau terlihat gusar, ada apa? Ouh ceritakan saja padaku.” ucap Taecyeon lebih tegas. Chansung menatap Taecyeon lekat.
“Ah ternyata terlihat jelas yah?” ucap Chansung sambil terkekeh.
“Tidak, aku hanya sedang berpikir.” lanjutnya.
“Tentang apa?”
“Perasaanku dan gadis yang bermata bulat itu.” ucap Chansung tanpa sadar telah menyebutkan ciri-ciri gadisnya. Taecyeon mengerutkan keningnya.
“Ada apa dengan gadis yang bermata bulat itu? Dan siapa dia?” tanya Taecyeon.
“Sepertinya aku menyukainya, dan itu berawal dari aku melihat mata bulatnya yang indah!” jawab Chansung, ia menarik napas.
“Dia…” Chansung menghentikan perkataannya di kala ia melihat di hadapannya terdapat objek pembicaraannya saat ini. Taecyeon mengikuti arah penglihatan itu, kemudian ia mengetahui siapa yang sedang Chansung perhatikan. “Jadi dia Kak Boram,” ucap Taecyeon yang sukses membuat Chansung langsung menatapnya. Ia menatap Taecyeon dengan pandangan tak percaya.
“Bagaimana kau bisa tahu Kak?” tanyanya. Bukannya menjawab, Taecyeon malah tersenyum dan langsung beranjak meninggalkan Hwang Chansung sendiri.
“Yak Kak, tunggu!” teriak Chansung sambil berlari mengejar Taecyeon.

“Ouh Kak, kau sudah pulang?” tanya Soyeon ketika ia baru saja pulang. Boram yang sedang menyiapkan makanan mengangguk.
“Ye, kau cepatlah mandi, lalu kita makan bersama.” teriak Boram, Soyeon mengangguk dan berlari menuju ke kamarnya.
Lima belas menit kemudian.
“Hemm, maaf Kakak sudah menunggu lama yah?” tanya Soyeon yang baru saja duduk. Ia menggunakan t-shirt warna kuning dan celana jeans di atas lutut. Di hadapannya Boram yang memakai t-shirt berwarna biru laut dengan celana jeans di atas lutut sedang memegang sumpit, dan cemberut. “Yak Kak, aku kan sudah minta maaf, ayo kita makan!” ucap Soyeon yang menyadari kemarahan Boram.
Boram langsung melahap makanannya dengan cepat. Sedangkan Soyeon hanya dapat terpaku melihat hal itu. “Kenapa? Apa kau tidak akan makan?” tanya Boram yang melihat Soyeon sedang memperhatikannya. “Kalau kau tidak cepat memakannya, aku juga akan memakan makananmu!” ancam Boram, kemudian Soyeon langsung memakan makanannya.

“Tunggu Kak,” ucap Soyeon sambil mencoba menyusul Boram yang sudah berjalan jauh di depan.
Boram tak menghiraukannya, ia malah terus berjalan, karena ia tidak suka Soyeon yang berjalan lambat. “Aish, awas kau Kak!” teriak Soyeon ketika ia sudah sampai di depan kampusnya, dan saat itu pula Boram menengok dan menjulurkan lidahnya kepada Soyeon, sedangkan Soyeon memberikan deathglare kepada Soyeon. karena terlalu asyik, Boram tak menyadari ada orang di depannya, dan saat ia membenarkan posisi, ia menabrak orang itu. Ia hampir saja terjatuh jika tangan kekar itu tidak menahannya.
Boram memejamkan matanya, dan ia menahan napas. “Ckck,” ucap orang itu. “Kenapa kau selalu menutup matamu Kak?” lanjut suara itu, suara berat yang sudah sangat dihafal oleh Boram. Mau tak mau Boram pun membuka matanya, lalu matanya melihat mata pria itu, pria yang wajahnya hanya tinggal beberapa senti lagi dengan wajah Boram. Dan ia langsung membetulkan posisi berdirinya. “Terima kasih, Chansungie.” ucapnya tersenyum, senyuman yang mampu membuat jantung seorang Hwang Chansung berdetak tak karuan, karena terlalu senang. Chansung mengangguk dan membalas senyuman itu.
Boram akan berlalu dari hadapan Chansung, namun Chansung menahannya, dan ia menarik lengan Boram, sehingga sedetik kemudian tubuh mungil itu sudah berada di dalam pelukan seorang Chansung, Chansung memeluk erat diri Boram. Boram membulatkan matanya, ia terkejut dengan apa yang sedang dilakukan juniornya itu. Ia mencoba melepaskan diri dari pelukan itu, namun Chansung menahannya.
“Ku mohon, jangan bergerak Kak, sebentar saja.” pinta Chansung, bagai kerbau di cucuk hidungnya, Boram mengangguk dan tak bergerak di dalam pelukan itu.
“Aku menyukaimu Kak,” aku Chansung, sebuah pernyataan yang membuat Boram terkejut bukan main.
“Chansungie, aku…” belum selesai Boram bicara, sekarang Chansung sudah menatap Boram lekat, dengan kedua tangannya berada di kedua pipi Boram.
“Aku…” lagi, kali ini ucapannya terpotong oleh kegiatan singkat Chansung pada bibirnya. Boram melihat Chansung yang tersenyum lalu pria itu memegang pundak Boram erat.
“Kakak, aku tak akan memaksamu, tapi bisakah kau bersamaku selalu? Kita melakukan hal yang indah bersama-sama?” tanya Chansung masih lengkap dengan senyumannya. Boram nampak berpikir sebelum akhirnya ia membalas senyuman itu dan mengangguk. Kemudian Chansung memeluk tubuh mungil Boram, mereka tersenyum bahagia.
“Berawal dari matamu semuanya terjadi, aku bersyukur bahwa malam itu matamu yang ku lihat, bukan mata gadis lain Kak!” Batin Chansung.
The End

Tidak ada komentar:

Posting Komentar