animasi-bergerak-selamat-datang-0112

Minggu, 03 April 2016

Adikku Lily

Hari itu adalah hari Minggu. Cuaca hari itu cukup mendung. Matahari yang senantiasa bersinar kini ditutupi oleh awan-awan hitam yang memenuhi langit pagi. Namaku adalah Lisa. Umurku 14 tahun. Ibu dan ayahku akan pergi ke makam sahabat dekat ayah hari ini. Makam tersebut lumayan jauh dari rumahku. Adikku yang bernama Lily ikut bersama mereka. Aku yang sendirian di rumah pun akan merasa kesepian. Jadi, aku memutuskan untuk ikut bersama mereka. Sesampainya di sana, ibu dan ayah ke luar dari mobil dan masuk ke area makam. Aku dan Lily yang sedang merasa malas tidak ikut bersama mereka dan hanya duduk di dalam mobil.
Beberapa menit kemudian, aku merasa ada yang mengetuk kaca jendela mobil yang berada di sampingku. Aku seketika terkejut dan melihat ke arah kiri tubuhku. Anehnya, tidak ada hal yang asing dalam pandanganku. Aku pun berusaha tenang dan menganggap bahwa tidak terjadi apa-apa. Selang beberapa detik, aku kembali mendengar suara aneh. Seperti ada seseorang yang sedang berjalan di atas mobilku. Aku pun berpikir, mana mungkin bisa ada orang berjalan di atas mobil? Dari tadi aku tidak ada melihat satu orang pun di makam ini kecuali keluargaku dan aku. “Mungkin itu hanya halusinasiku saja. Buktinya, Lily biasa-biasa saja.” Pikirku. Aku pun mengabaikan suara tersebut dan lanjut memainkan smartphone-ku.
Setelah selesai, ibu dan ayah pun masuk ke dalam mobil dan kami pun bergegas pulang ke rumah. Di tengah perjalanan, tiba-tiba kami melihat seorang laki-laki berpakaian lusuh dan banyak terdapat bercak-bercak darah berdiri tepat di depan mobil kami. Aku, Lily, dan ibu pun terkejut lalu berteriak. Ayah yang juga terkejut membanting setir mobil ke arah kiri. Kemudian kami melihat sebuah pohon besar dan kendaraan kami pun mendekatinya dengan sangat cepat. Alhasil, mobil kami menabrak pohon tersebut dan kami semua tak sadarkan diri.
Satu jam kemudian, ada sebuah mobil yang sedang melintasi makam dan melihat mobil kami. Sang pengendara mobil tersebut pun segera menelepon bala bantuan. Sekitar 5 menit, sebuah mobil ambulans pun telah datang. Aku tersadar. Kepalaku rasanya pusing dan sakit sekali. Dengan perlahan aku membuka kedua mataku. “Di mana ini?” Gumamku lirih. Terdengar suara sirine mobil ambulans di telingaku. Lama-kelamaan suara tersebut menghilang. Ya, aku tak sadarkan diri kembali. Aku dibawa ke rumah sakit oleh mobil ambulans tersebut. Aku ditempatkan di ruang entah apa namanya. Aku terbangun. Aku melihat ke sekelilingku. Tak ada satu pun orang dalam pandanganku. Tiba-tiba seorang suster berjalan menghampiriku.
“Kondisimu sekarang sudah membaik. Kamu sudah diperbolehkan untuk pulang.” Kata suster tersebut. Aku merasa sedikit bingung. Aku pun bertanya, “Sudah berapa lama saya tidak sadar, sus?” Tanyaku dengan sopan.
“Kamu sudah tidak sadar selama sehari.” Sehari? Aku terkejut mendengarnya. Suster tersebut berkata bahwa aku akan tinggal di panti asuhan bersama Lily. Aku pun merapikan tempat tidur tersebut juga barang-barang milikku yang entah kenapa bisa ada di sini aku tak tahu.
Aku melihat Lily bersama suster. Syukurlah, ternyata Lily tidak apa-apa. Ia menatapku dengan tatapan dingin. Mungkin ia sangat sedih karena kehilangan ayah dan ibu. Begitu pula denganku. Tetapi aku berusaha tetap tegar dan tenang. Kami berdua pun mengikuti suster tersebut dan oleh pihak rumah sakit kami diantar ke sebuah panti asuhan. Setelah sampai di panti asuhan yang dituju, kami disambut dengan baik di sana. Kemudian kami diantar ke kamar kami. Hari-hari berjalan normal seperti biasa. Aku dan Lily tak lupa pergi ke sekolah. Lily akhir-akhir ini berubah. Dia tiba-tiba menjadi pendiam. Saat aku ajak bicara dia hanya mengangguk atau menggelengkan kepalanya saja.
Pada suatu malam, tepatnya jam 1 malam, aku terbangun dari tidurku. Aku ingin buang air kecil. Aku pun membangunkan Lily untuk menemaniku ke toilet. Untungnya, Lily bersedia. Aku dan Lily pun berjalan menuju toilet yang lumayan jauh dari kamar kami. Toilet yang berada di dekat kamar kami rusak dan sedang diperbaiki. Apa boleh buat kami memang harus ke toilet yang lumayan jauh itu. Di sepanjang jalan menuju toilet, Lily terlihat berbeda. Dia mengajakku bicara dan dia juga tersenyum dan tertawa. Aku merasa bahagia melihatnya kembali ceria.
“Tunggu di sini, ya! Aku tidak akan lama kok.” Ucapku dan segera masuk ke toilet. Alangkah terkejutnya diriku. Aku melihat tubuh Lily tergantung di dalam toilet tersebut. Lily bunuh diri. Lily meninggal. “Lily…” Ucapku yang mulai menangis. Ia mengenakan baju tidur lengan pendek berwarna hitam persis seperti Lily yang sedang menungguku di luar. “Ja-jadi, Li-Lily yang sedang menungguku di lu-luar?” Aku merinding.
“Lisa, apakah kau sudah selesai? Boleh aku masuk sekarang?” Tanya Lily dengan pelan sambil membuka pintu toilet yang ternyata tidak terkunci. Aku pun diam tak berkutik. Lily yang sekarang sudah berada tepat di hadapanku tersenyum menyeringai ke arahku. “Jangan menangis, ikutlah denganku, Lisa! Dengan senang hati aku akan membantumu agar kamu bisa bergantung di sini bersamaku…” Ucapnya lirih lalu kembali menyeringai lebar dengan tatapan kosong tepat di depan wajahku.
Tamat

Tidak ada komentar:

Posting Komentar