animasi-bergerak-selamat-datang-0112

Minggu, 03 April 2016

The Star

Ku pandang langit malam yang kelam menampakkan beribu ribu bintang. Hingga terlihat sejuta titik warna bersinar terang. Aku tahu, bahwa sangat mustahil untuk meraih benda-benda langit itu. “Aku selalu mengingatmu.” pikirku melayang entah ke mana memikirkan masa lalu yang begitu kelam. Mungkin lebih kelam daripada malam ini.

“Seokmin! Kemarilah ada sesuatu yang ingin ku beritahukan padamu!”
Seru seorang yeoja yang datang menghampiriku dengan tergesa-gesa saat pulang sekolah. Dan yeoja itu tak lain lagi adalah Lee ji eun.
“Apa?”
“Adikmu seokmin!! Adikmu!!!”
“Ada apa dengannya?!”
“Dia dipilih menjadi siswa berprestasi dan akan menjalankan pertukaran pelajar di perancis!”
Sungguh. Aku tak tahu harus bagaimana dengan perasaanku sendiri. Aku sangat bahagia mendengarnya. Hingga tak sadarkan aku telah menghempaskan butir-butir air asin yang ke luar dari pelupuk mataku. Aku tak mau berlama-lama, aku harus mengucapkan selamat kepada adik semata wayangku. Aku pulang dengan berlari sekuat tenaga menyusuri jalan raya di pusat kota jeju saat ini. Tak peduli sepanas apa pun cuaca hari ini. Debu-debu berserakan di jalan membuatku sering batuk, tetapi semua aku lewati demi sebuah kebanggaanku untuk adik tercinta. Tetapi. Saat aku akan melintas di perempatan lampu merah. Aku melihat segerombolan orang yang sepertinya sedang melihat seorang korban kecelakaan. Dengan perasaan takut dan ragu aku mendekati mereka. Satu per satu orang ku singkirkan dari pandanganku agar aku dapat menjangkau korbannya. Tak ku sangka…
“Jaemin?”
Kakiku terasa kaku. Seluruh badanku lemas, lunglai. Hingga ku rasakan seluruh darah tak mengalir lagi di tubuhku. Aku terjatuh lemas di depan jenazah korban kecelakaan yaitu adikku sendiri Jaemin. Bibirku bergetar, mataku tak bisa lagi menahan bendungan air mata yang sudah memuncak. Aku menangis sejadi-jadinya. Hingga aku melihat secarik kertas yang digenggam kuat oleh jaemin. Tanganku dengan bergetar hebat menarik kertas itu dari genggaman jaemin. “Untuk Kakak tercinta. Seokmin. 2 juta won.” Tanganku kaku merasakan sakit yang sangat mendalam. Tak ku sangka, bocah berumur 13 tahun sudah berpikir seperti ini. Aku menangis perih memeluk jaemin yang bersimba darah. Jaemin.

“Aku sangat merindukanmu.”
“Jung Jaemin,”
Rinduku pada seorang malaikat kecilku yang telah bersama bintang-bintang di langit malam ini.
“I miss you Jung Jaemin.”
The End

Tidak ada komentar:

Posting Komentar