animasi-bergerak-selamat-datang-0112

Minggu, 03 April 2016

Chingu

Hyejin ke luar dari rumahnya sembari menikmati angin yang berhembus. “Ah, cuacanya sejuk,” ujarnya sembari tertawa pelan. Hyejin berjalan-jalan di sekitar halaman rumahnya, namun secara tidak sengaja Hyejin melihat seorang lelaki yang bertubuh gemuk di sebelah rumahnya. Hyejin pun penasaran dan mendekati pagar pembatas rumahnya. “Hei! Anak kecil!” ujarnya berteriak. Anak lelaki tersebut langsung menoleh dan terkejut. Anak lelaki tersebut segera tergopoh-gopoh berlari dan membawa makanannya.
“Hei, kenapa lari? Heii!” teriak Hyejin bingung.
Keesokkan harinya. Hyejin berangkat sekolah dan sesampainya di sekolah, dirinya memasuki kelas. Dan tak lama kemudian bel berbunyi. Seluruh murid segera berhamburan memasuki kelasnya masing-masing. Setelah beberapa menit Hyejin menunggu, sang guru pun masuk kelas sembari membawa seorang anak murid. Hyejin terkejut dan menganga melihat anak itu. “Loh, kamu bukannya anak kecil yang kemarin?!” ujar Hyejin.
Sontak satu kelas pun tertawa. “Hahaha, anak kecil,”
“Bukankah dia tampak seperti bocah?” ujar teman-temannya yang lain.
“Berhentilah memanggil dia seperti itu! Ah, menyebalkan sekali. Maafkan aku, aku tidak tahu bahwa kamu sekelas denganku. Mengapa kamu tak mengatakannya?” ujar Hyejin. Anak lelaki gemuk tersebut hanya menunduk.
“Baiklah, cukup anak-anak. Silahkan perkenalkan namamu.”
Anak lelaki tersebut mengangkat kepalanya dan mulai berbicara. “Namaku .. Seongjon”
“Seongjon! Duduklah di sampingku!” ajak Hyejin. Seongjon mengangguk dan duduk di sebelah Hyejin. Hyejin tersenyum puas.
Saat pulang sekolah.
“Dasar kau anak gendut!”
“Berapa banyak kau makan dalam sehari?”
“Ku rasa tak ada yang ingin berteman denganmu!”
Hyejin yang baru saja ke luar kelas melihat Seongjon sedang dibully oleh teman-temannya. Emosinya pun naik.
“Heyy! Apa yang kalian lakukan! Hentikannn!!” teriak Hyejin sembari memukul tas jinjingnya ke teman-teman yang membully Seongjon. “Seongjon? Kau baik-baik saja?” tanya Hyejin khawatir. Seojonpun mengangguk pelan. “Syukurlah.. Ayo kita pulang bareng,” ajak Hyejin.
Di sepanjang perjalanan, Seongjonpun mulai bercerita banyak hal kepada Hyejin. Ternyata Seongjon seorang anak yang menyenangkan. “Oh, ayo jalan!” teriak Hyejin saat lampu hijau menyala. Mereka berdua pun menyeberangi jalan. “Kenapa kamu mengatakan ‘Ayo jalan’?” tanya Seongjon. “Karena lampunya hijau! Setiap lampunya hijau aku akan mengatakan seperti itu!” jawab Hyejin bersemangat. Seongjon pun mengangguk dan tersenyum.
Beberapa bulan kemudian.
“Hyejin, aku akan pindah ke luar negeri,” ujar Seongjon sedih.
“Benarkah? Kapan?” tanya Hyejin yang juga sedih.
“Sekitar dua minggu lagi. Tapi, kita masih bisa berteman kan?”
Hyejin mengangguk. “Tentu! Kita akan surat-suratan. Aku akan mengirimimu surat setiap harinya!” jawab Hyejin.
2 minggu kemudian.
“Aku sedang di Bandara, Mah. Iya, aku akan jaga diri baik-baik,” jawab Hyejin melalui teleponnya.
“Hyejin!” teriak seorang lelaki dari kejauhan. Hyejin pun menoleh dan menemukan Seongjon yang sedang melambaikan tangan padanya. Hyejin segera menghampiri Seongjon dan memeluknya. “Kita tetap bersahabat kan?” tanya Hyejin sambil menangis. Seongjon mengangguk pelan.
“Harus!” jawabnya. “Janji?” ujar Seongjon. Hyejin pun mengikatkan jari kelingkingnya. “Eum! Janji!”
“Baiklah, aku akan berangkat sekarang. Selamat tinggal Hyejin!” ujar Seongjon. Sambil menangis Hyejin melambaikan selamat tinggal kepada sahabatnya itu.
10 tahun kemudian.
“Semuanya! Dengarkan! Sekarang kita memiliki wakil pemimpin redaksi untuk majalah kita yang baru!” ujar seorang Pemimpin redaksi. Hyejin yang sudah bekerja di majalah fashion ini pun mengangguk. “Silahkan masuk!” Seorang pria yang tampan dan rapi masuk ke dalam ruangan. “Perkenalkan. Saya wakil pemimpin redaksi yang baru, Ji Seongjon”
Hyejin terbelalak kaget. Jantungnya berdebar kencang. “A..Apa?! Ba..Bagaimana bisa?!” Wakil pemimpin redaksi tersebut tersenyum kepada Hyejin. “Sudah lama bukan?”
Tamat

Tidak ada komentar:

Posting Komentar